Selasa, 08 Desember 2015

6TH VORMENT DAY


ENJOY THE SUNFEST WITH NIVEA


ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DENGAN PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA DUA SEKTOR


1.              ANALISIS PENDAPATAN NASIONAL DENGAN PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA DUA SEKTOR
Perekonomian tertutup dua sekto merupakan perekonomian yang tidak adanya hubungan dengan negara lain dan tidak adanya campur tangan pemerintah, baik berupa pungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk pengeluaran konsumsi. Dalam perekonomian tertutup sederhana ini pengeluaran masyarakat seluruhnya pada tiap satuan waktu  akan terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi. Pihak-pihak yang terlibat dalam  perekonomian tertutup ini  adalah rumah tangga (pihak konsumen) dan perusahaan atau pihak swasta ( produsen) tanpa campur tangan pemerintah baik berupa pungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk pengeluaran konsumsi dan juga  tidak berhubungan dengan perekonomian internasional baik ekspor maupun impor.

2.              MODEL ANALISIS DENGAN VARIABLE INVESTASI, TABUNGAN

Pada model ini, muncul dua aktifitas ekonomi yang baru yaitu, tabungan dan investasi. Tabungan rumah tangga dianggap kebocoran dalam arus melingakar, karena dapat mengurangi kemampuan dari pendapatan secara riil apabila digunakan untuk kegiatan lain seperti konsumsi.

Namun tabungan tersebut tidaklah dianggap kebocoran apabila digunakan sebagai investasi.Tabungan yang semula mengurangi pendapatan nasional, apabila digunakan sebagai investasi justru akan menjadi  injeksi, karena Investasi ini dapat menambah pendapatan nasional.
Jika digambarkan dalam arus melingkar seperti gambar diatas maka dapat disimpulkan jika kedua pihak  saling terkait satu sama lain. Adapun analisisnya adalah sbb:

a.        Sektor rumah tangga
Sektor rumah tangga memiliki faktor produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi barang dan jasa.  Faktor produksi tersebut adalah kesediaan untuk bekerja (tenaga kerja),  barang modal , uang, tanah dan skill. Dan untuk menanggung resiko atas faktor produksi yang diberikan sektor rumah tangga tersebut, sektor perusahaan memberikan gaji untuk kesediaan bekerja, pendapatan bunga untuk kesediaan meminjamkan uang, pendapatan sewa untuk kesediaan memberikan barang modal, dan pembagian keuntungan untuk saham yang ditanamkan.

b.      Sektor perusahaan
Sektor perusahaan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh sektor rumah tangga.  Sehingga inti dari adanya sektor perusahaan  adalah  berusaha mencari peluang keuntungan dengan melihat kebutuhan yang dibutuhkan oleh sektor rumah tangga namun dengan menggunakan kembali sumber daya faktor produksi yang tersedia dari sektor rumah tangga untuk memproduksi barang / jasa untuk mewujudkan kebutuhan yang dibutuhkan tersebut.

Bagi sektor rumah tangga, dalam berkonsumsi pihak ini tidak sepenuhnya menggunakan penghasilan yang didapat untuk membeli barang dan jasa.Namun sebagian dari pendapatan tersebut biasanya dipergunakan untuk investasi dan tabungan.

2.1  Tabungan

Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan  menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dalam ekonomi makro, tabungan adalah pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan konsumsi.

Kita dapat mengetahui hubungan tabungan dengan pendapatan nasional dengan menggunakan fungsi tabungan. Fungsi tabungan adalah suatu fungsi yang menggambarkan hubungan antara tingkat tabungan rumah tangga dan pendapatan nasional dalam perekonomian.

S = -a + (1-b)Y

keterangan :
a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0
b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)
C = tingkat konsumsi
S = tingkat tabungan
Y = tingkat pendapatan nasional.

Contoh kasus :
Keluarga pak Ahmad mempunyai penghasilan Rp. 7.000.000,00 sebulan, dengan pola konsumsi yang dinyatakan dengan fungsi C = 1.000.000 + 0,80Y. Berdasarkan data tersebut, hitunglah besarnya tabungan keluarga ibu Tutik.

Pembahasan :
Untuk mengetahui besarnya nilai tabungan (S) maka l a n g k a h pertama yang harus kita lakukan adalah merubah fungsi konsumsi ke dalam f u n g s i tabungan kemudian memasukan n i l a i pendapatan  (Y) ke dalam fungsi tabungan.
C = 1.500.000 + 0,80Y
maka fungsi tabungannya adalah :
S = -a + (1-MPC)Y
S = – 1.500.000 + (1-0,80)Y
S = – 1.000.000 + 0,20Y
Untuk mencari besarnya tabungan (S) ibu tutik maka kita masukan nila Y kedalam fungsi tabungan :
S = -1.000.000 + 0,20(8.000.000)
S = -1.500.000 + 1.600.000
S = 100.000
Jadi besarnya Tabungan keluarga ibu Tutik adalah Rp.900.000,00
 
2.2 Investasi

Investasi yang lazim disebut sebagai penanaman modal merupakan pengeluaran  perusahaan  untuk membeli barang-barang dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan  memproduksi barang/jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pada prakteknya, pencatatan nilai penanaman modal dilakukan dalam satuan tahun. Yang termasuk investasi adalah sebagai berikut :
-          Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri perusahaan.
-          Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
-          Pertambahan  nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

Dalam perekonomian tertutp, perhitungan pendapatan keseimbangan 2 sektor terdiri dari variabel konsumsi (C) dan investasi(I).
Y = C + I
è (C = a + by)
Y = (a + by) + I
Y = a + by + I
Y – by = a + I
(1 – b)Y = a + I
Y = a + I/1 – b

Contoh: Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi  (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka besarnya pendapatan nasional dengan pendekatan 2 sektor adalah sebagai berikut.
Jawab:
Y = (a + I)/(1 – b)
= (20 + 10)/(1– 0,75)
=  30/0,25
= 120 milyar rupiah

3.              ANGKA PENGGANDAAN
Angka pengganda atau multiplier adalah hubungan kausal antara variabel tertentu dengan variabel pendapatan nasional.  Jika angka pengganda tersebut memepunyai angka yang tinggi, maka  dengan perubahanyang terjadi pada variabel tersebut akan memengaruhi angka terhadap tingkat pendapatan nasional yang besar juga, dan sebaliknya. Perubahan pendapatan anasional itu ditunjukan oleh suatu anagka pelipat yang disebut dengan  koefisien multiplier. Proses multiplier adalah adanya perubahan pada variabel investasi menyababkan pengeluaran agregat menjadi berubah. Namun dari keseombangan pendapatan nasional tidak sebesar pertambahan investasi tersebut.
Contoh:
Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y       = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang        = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang        = 120 + 8 = 128 milyar rupiah

4. HUBUNGAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI , INFLASI DAN PENGANGGURAN

a. Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam GDP (Gross Domestic Product) atau GNP (Gross Nasional Product) jika terdapat peningkatan maka dapat berarti menunjukkan adanya peningkatan pendapatan perkapita. Karena GDP merupakan angka yang menunnjukan total suatu produksi dalam suatu Negara. Semakin tinggi GDP berarti total produksi semaki besar. Hanya saja yang biasanya terjadi adalah pembagian pendapatan nasional yang tidak merata. Oleh karena itu tidaklah menjadi cerminan sebuah Negara apabila GDP nya rendah maka smua masyarakatnya miskin, dan jika memiliki GDP yang besar maka masyarakatnya akan kaya raya. Untu itu pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang dapat megurangi kesenjangan pemdapatan antar warga Negara.

b. Inflasi

Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan (Anton H Gunawan, 1991).Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus-menerus dari barang dan jasa secara umum.Menurut Boediono (1995)inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus.
c. Masalah Pengangguran

Adanya pengangguran bagi sebuah Negara berarti menunnjukan perekonomian Negara tersebut tidak dalam kondisi full-employment.Ada faktor produksi yang tidak terpakai yaitu tenaga kerja. Memang idealnya pada suatu Negara harus berada dalam keadaan full- employment, akan tetapi untuk mencapai keadaan tersebut sangat sulit. Tingkat penganguran memang selalu terjadi di Negara manapun.Dan keadaan ini memang selalu menjadi pusat perhatian para pemimpin bangsa dan para ekonom. Pengangguran tentu tidak baik bila terjadi, karen aakn menimbulkan kerawanan sosial seperti pencurian, kriminalitas dll.

5. PENGERTIAN UANG

Uang merupakan alat tukar dan alat pembayaran yang sah. pada masa-masa sebelumnya, pembayaran dilakukan dengan cara barter, yaitu barang ditukar dengan barang secara langsung.

6. TEORI UANG DAN MOTIF MEMEGANG UANG

Teori uang terdiri atas dua teori, yaitu teori uang statis dan teori uang dinamis.

a. Teori uang statis
  • Teori Metalisme (Intrinsik)
  • Teori Konvensi (Perjanjian)
  • Teori Nominalisme
  • Teori Negara
b. Teori uang dinamis
  • Teori Kuantitas
  • Teori Kuantitas
  • Teori Persediaan Kas
  • Teori Ongkos Produksi
Motif Memegang Uang
a. Untuk kebutuhan Transaksi
b. Untuk Berjaga-Jaga
c. Untuk Mendapatkan Keuntungan / Berinvestasi

7. BANK SENTRAL DAN BANK UMUM
  • Bank sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu Negara.
  • Bank Umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa –jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga – lembaga lainnya.
8. KEBIJAKSANAAN MONETER
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.

Sumber : AB, Doddy Muhammad & Tim Penulis Pustaka Gema Media. Menguasau
IPS Sistem Kebut Semalam.

Minggu, 06 Desember 2015

JENIS - JENIS PASAR DAN PENDAPATAN NASIONAL


JENIS - JENIS PASAR

A. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA


JUMLAH PERUSAHAAN
JENIS BARANG
Sangat Banyak
Homogen
KEMAMPUAN PENETAPAN HARGA
KEMUNGKINAN MASUK/KELUAR INDUSTRI
Tidak Punya (Price Taker)
Sangat Mudah (No Barrier To Entry) dan                            Free Entry dan Free Exit
SYARAT KESEIMBANGAN
BENTUK KURVA PERMINTAAN
MR = MC, dimana P = D = MR = AR


KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK
KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG
Bisa memperoleh laba super normal,                       laba normal dan rugi minumum
Hanya memperoleh laba normal
PERSAINGAN NON HARGA
INTERPENDENSI
Tidak Ada
Tidak Ada
CONTOH
Pedagang CD/DVD Bajakan

 
B. PASAR PERSAINGAN MONOPOLI


JUMLAH PERUSAHAAN
JENIS BARANG
Hanya Satu
Unik dan Tidak Ada Subtitusinya
KEMAMPUAN PENETAPAN HARGA
KEMUNGKINAN MASUK/KELUAR INDUSTRI
Sangat Besar ( Price Maker )
Sangat Sulit Masuk
SYARAT KESEIMBANGAN
BENTUK KURVA PERMINTAAN
MR = MC, dimana D = AR dan P > MC


KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK
KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG
Laba Supernormal, Laba Normal, dan Rugi Minimum
Bisa Memperoleh Laba Supernormal
PERSAINGAN NON HARGA
INTERPENDENSI
Tidak Ada
Tidak Ada
CONTOH
PT. KAI, PT. PLN


C. PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK


JUMLAH PERUSAHAAN
JENIS BARANG
Banyak
Terdeferensiasi
KEMAMPUAN PENETAPAN HARGA
KEMUNGKINAN MASUK/KELUAR INDUSTRI
Kecil
Relatif Muda
SYARAT KESEIMBANGAN
BENTUK KURVA PERMINTAAN
MR = MC


KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK
KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG
Bisa memperoleh laba super normal,                       laba normal dan rugi minumum
Hanya memperoleh laba normal
PERSAINGAN NON HARGA
INTERPENDENSI
Cukup Besar, biasanya hanya lewat iklan
Sangat Kecil
CONTOH
PAKAIAN, SEPATU, MAKANAN RINGAN, KOSMETIK



D. PASAR OLIGOPOLI


JUMLAH PERUSAHAAN
JENIS BARANG
Beberapa/Sedikit
Homogen dan Terdeferensiasi
KEMAMPUAN PENETAPAN HARGA
KEMUNGKINAN MASUK/KELUAR INDUSTRI
Dengan kerjasama besar
Hambatan cukup besar
SYARAT KESEIMBANGAN
BENTUK KURVA PERMINTAAN
MR = MC Terdapat Price Kekakuan Harga Sehingga AC dan MC tidak selalu mengubah keseimbangan


KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK
KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG
Bisa memperoleh laba super normal,                       laba normal dan rugi minumum
Hanya memperoleh laba normal
PERSAINGAN NON HARGA
INTERPENDENSI
Untuk barang yang terdiferensiasi cukup besar
saling bergantung dan mempengaruhi satu sama lain
CONTOH
Terdiferensiasi : OTOMOTIF , Homogen : SEMEN, BAJA, KERTAS, BAHAN TAMBANG


PENGERTIAN DAN KONSEP-KONSEP PENDAPATAN NASIONAL
Pendapatan Nasional adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat dalam suatu negara dalam jangka waktu satu tahun.

PERPUTARAN RODA PEREKONOMIAN
Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya dihitung berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut, yakni seberapa besar GDP negara bertambah secara ril dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini dihitung dengan cara membagi nilai dari output suatu sektor ekonomi pada tahun tertentu dengan nilai output sektor tersebut pada tahun sebelumnya dan dikali 100 % kemudian dikurangi 100. 

Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti pendapatan masyarakat juga akan mengalami pertumbuhan yang tinggi, terlepas dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang menerima pendapatan tersebut. GDP Indonesia menurut lapangan usaha berdasarkan harga yang berlaku dan harga konstan.

1. Pengeluaran Agregat (Aggregate Spending)

Seperti diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari sisi pengeluaran aggregate (Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu negara. Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan Agregat karena konsekuensi dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga, investor, pemerintah dan eksportir untuk membeli barang dan jasa.

Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:
1.pengeluaran konsumsi rumah tangga,
2.pengeluaran invesatasi oleh pengusaha (bisnis),
3.pengeluaran pemerintah, dan
4.permintaan luar negeri.

2. Pengeluaran Konsumsi

Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan output dan pendapatan masyarakat suatu negara.

Kontribusi konsumsi terhadap pembentukan GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total GDP. Konsumsi dapat dibagi atas tiga kategori yaitu barang tanah lama (durable goods) seperti mobil, barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan jasa (services). Dari sisi asal barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri terdiri dari barang produksi dalam negeri dan barang /jasa yang diproduksi oleh negara lain yang diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP angka import ini harus dikeluarkan dari angka GDP.

Pengeluaran Pemerintah

Yang termasuk dalam pengeluaran pemerintah adalah semua pengeluaran pemerintah yang diperlukan agar roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini tercantum dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya pada barang konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah pada umumnya adalah gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun (transer of payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut bukan merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi.

Pengeluran Investasi

Investasi adalah tambahan terhadap akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah dengan perobahan persediaan (inventory changes). Tetapi transaksi saham tidak termasuk dalam penambahan stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa meningkatkan kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa mendatang. Contohnya adalah pembelian barang investasi, peralatan, dan pembangunan rumah baru. Sewa dari tumah tersebut dihitung sebagai konsumsi.

Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)

Komponen terakhir dari GDP adalah net export yaitu selisih antara export dan import (X – M). Export merupakan GDP dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi di dalam negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan dibeli atau dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing sedangkan import adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing.

Dalam GDP yang dihitung adalah net ekspor untuk menghindari penghitungan dua kali (double counting). Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, investor, dan pemerintah tidak semuanya diproduksi di dalam negeri tetapi beberapa barang yang dibeli tersebut berasal dari luar negeri. Jadi komponen pengeluaran aggeregate yang diuraikan diatas – pengeluaran rumah tangga, investor dan pemerintah – sebagiannya adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara asing atau bukan merupakan GDP Indonesia. Karena itu untuk mengkoreksinya maka ekspor harus dikurangi dengan impor agar barang import tidak terhitung sebagai GDP kita, karena yang termasuk dalam GDP Indonesia adalah konsumsi rumah tangga berupa barang-barang produksi dalam negeri, ditambah dengan belanja barang investor, ditambah belanja barang pemerintah dan ditambah dengan nilai barang yang diekspor ke luar negeri.

Barang-barang import yang telah dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri tidak bisa dihitung sendiri karena telah masuk dalam perhitugan jumlah konsumsi. Nilai barang import ini tentu sama dengan jumlah nilai barang yang diimport yang tercatat di Bea dan Cukai sehingga dengan mengeluarkannya dari angka export maka sama dengan mengeluarkannya dari angka konsumsi barang import.


METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
a Metode Produksi
Pendapatan Nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sector ekonomi masyarakat dalam periode tertentu.
Y = [( 9Q1 x P1 ) + ( Q2 x P2 ) + ( Qn x Pn ) … ]
b Metode Pendapatan
Y = r + w + i + p
r           : rent
w         : wage
i           : interest
p          : profit
c.    Metode Pengeluaran
Pendapatan Nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga (RTK, RTP, RTG, RT Luar Negeri) dalam suatu negara selama satun tahu.
Y = C + I + G + ( X - M )

MASALAH DAN KETERBATASAN PERHITUNGAN PDB
Permasalahan PDB terletak pada pembandingan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu Negara dari tahun ke tahun. PDB tidak memasukan transaksi yang terjadi pada perekonomian bawah tanah. Perekonomian seperti sector informal atau sector illegal.

PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara. PDB hanya mengukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu Negara dan bagaimana struktur serta perkembangannya. Untuk kemakmuran suatu negara PDB merupakan indicator yang cukup baik. Akan tetapi, kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi.

Sumber : AB, Doddy Muhammad & Tim Penulis Pustaka Gema Media. Menguasau IPS Sistem Kebut Semalam.